Oleh: Dr. (HC). Ir. KH. Salahuddin Wahid
Pusat kajian didirikan untuk menelaah
dan mengkaji kembali serta mengaktualisasi pusat pemikiran
Hadratussyaikh KH. M. Hasyim Asy’ari. Ada dua kencenderungan pemahaman Ahlussunnah Wal Jamaah yaitu konservatif dan tekstual, agar tahu mana yang betul-betul wasabiyah,
dikhawatirkan aswaja versi KH. Hasyim Asyari mengalami nasib seperti
pancasila. Yang selalu disebut dalam pidato, yang dikutip dalam tulisan,
tetapi tidak hadir dalam kehidupan sehari-hari kehidupan masyarakat.
Kalau hal itu yang terjadi maka sebenarnya KH. Hasyim Asy’ari telah
dilupakan hanya namanya saja yang diingat tapi ajarannya dilupakan.
Alhamdulillah, di Tebuireng dapat
meningkatkan Institut Keislaman Hasyim Asy’ari menjadi Universitas
Hasyim Asy’ari yang telah mengalami kemajuan, dan akan merencanakan
untuk mendirikan Rumah Sakit Hasyim Asyari hasil kerja sama dengan
dompet duafa, yang akan dinamai “Rumah Sakit Hasyim Asy’ari Dompet
Duafa”. Rencananya akan diresmikan pada 2019 bertepatan pada 120 tahun
berdirinya pesantren Tebuireng. Selain itu di Tebuireng juga telah
dibangun Museum Nusantara Hasyim Asy’ari yang akan diresmikan pada awal
tahun 2018.
Museum KH. Hasyim Asyari didirikan untuk
melawan pemikiran kalangan Islam yang ingin mendirikan agama Islam
seperti jamaah yang berdaulah dan yang ingin mendirikan khilafah
Islamiyah seperti Hisbut Tahrir Indonesia. Di dalam museum itu akan
ditampilkan informasi tentang proses masuknya Islam nusantara yang
berjalan dengan damai tanpa adanya dukungan militer, kekuatan politik,
dan ekonomi. Juga diinformasikan tentang nasionalisme para santri dan
peran-peran ulama dan santri dalam mendirikan negara Indonesia, dan
fatwa resolusi jihad yang disampaikan oleh para ulama dibawah pimpinan
KH. Hasyim Asy’ari.
Fakta sejarah yang telah terkubur lebih
dari 60 tahun yang akhirnya telah terbuka secara perlahan dan alamiah.
seperti yang ada dalam film Sang Kiai, telah membuka mata dan pikiran
masyarakat Indonesia tentang peran ulama yang mendirikan Negara
Indonesia dan berjuang mempertahankan Negara Republik Indonesia.
Dengan memahami informasi mengenai
sejarah Indonesia bahwa masyarakat akan menolak Republik Indonesia.
Pendapat tentang Republik Indonesia adalah negara yang bertentangan
dengan ajaran agama Islam. Setiap tahun ada sekitar 500 ribu pengunjung
museum yang akan memberi tahu kawan dan saudara mereka mengenai
informasi yang mereka peroleh, tentang Negara Indonesia yang sesuai
dengan ajaran agama Islam.
Prof. KH. Syamsuri Ma’arif menegaskan
pada film dokumenter yang berjudul ‘Jejak Juang Sang Rois Akbar’, bahwa
KH. Hasyim Asy’ari adalah tokoh yang berhasil mempersatukan umat Islam
Indonesia dalam partai masyumi. KH. Hasyim Asy’ari adalah tokoh yang
berhasil memadukan Islam dengan Indonesia. Nasihat untuk para santri
agar mencintai agama dan tanah air kita.
Seorang
alumni yang berusia sekitar 90 tahun dalam pertemuan alumni bulan Juli
lalu, memberikan informasi bahwa tahun 1938 saat masuk pesantren di
Tebuireng telah diajarkan lagu Indonesia Raya kepada para santri.
Keberhasilan pada konteks itu dimulai dari peran KH. Wahid Hasyim yang
mewakili beliau dalam SUMU yang berlanjut pada peran beliau dalam BPUPKI
dan panitia sembilan.
Selanjutnya melalui fatwa resolusi jihad
dan dibentuknya kementerian agama, yang merupakan lanjutan dari SUMU,
berikutnya lagi yaitu melalui peran menteri agama KH. Wahid Hasyim Pada
tahun 1951, memadukan pedidikan Indonesia dengan pendidikan Islam dan
lahirnya madrasah yang diakui dalam sistem pendidikan nasional.
KH. Wahid Hasyim juga merintis pendirian
PTAIN yang kemudian berkembang menjadi IAIN dan setelah itu menjadi
Universitas Islam Negeri. Kemudian melalui KH. Bisri Sansyuri, murid KH.
Hasyim Asy’ari yang mempelopori perjuangan dan menghasilkan UU
perkawinan pada tahun 1974 yang merupakan UU pertama memberi ruang pada
berlakunya hukum Islam yang ada di Indonesia dan juga melalui peran KH.
Ahmad Siddiq yang juga merupakan murid KH. Hasyim Asy’ari yang menulis
naskah hubungan Islam dan pancasila yang menjadi dasar keputusan
muktamar NU 1984 dalam menerima pancasila sebagai dasar Negara.
Masih banyak jejak keterpaduan antara
Indonesia dengan Islam. Selain itu juga ada keterpaduan dari kebudayaan
berupa shalawat nabi, yang sekarang sudah menjadi tradisi dalam
masyarakat, film tentang kehidupan Islam, sastra Islam. Perpaduan
Indonesia dengan Islam menjadi faktor utama dari persatuan Islam, tentu
tidak semua menerima kondisi tersebut dengan baik.
Sebagian orang termasuk yang beragama
Islam mengatakan bahwa begitu banyak UU yang mengakomodasi aspirasi di
atas umat islam yang bisa dianggap sebagai Islamisasi perundangan.
Dihasilkan melalui proses demokratis, jika kembali mengakomodasi dan
kemudian mengakibatkan terganggunya ke-Indonesian dengan ke-Islaman maka
dikhawatirkan akan mengalami kembali di mana Indonesia dan Islam
berhadap-hadapan seperti pada tahun 1970-an saat presiden dan petinggi
negara curiga terhadap umat Islam.
Kita semua harus berjuang mempertahankan
keterpaduan Indonesia dengan Islam yang sudah kita peroleh melalui
perjuangan panjang dan melelahkan. Pesantren Tebuireng dan alumninya,
Universitas Hasyim Asy’ari dan alumninya, serta para pengikut dan murid
KH. Hasyim Asy’ari harus berada digaris depan dalam melakukan
perjuangan. Semoga Allah selalu memberikan kita kekuatan.
Disampaikan dalam seminar sosialisasi
empat pilar, aktualisasi pemikiran dan perjuangan KH. M. Hasyim Asy’ari,
di Pesantren Tebuireng Jombang, Sabtu (21/10/17).
Comments
Post a Comment