Tak
putusnya kita maratapi nasib malang yang menimpa Indonesia yang alamnya
kaya dan pemimpinnya juga kaya, tetapi rakyatnya miskin. Ironis sekali
memang fakta yang harus kita saksikan itu. Umat Islam sebagai kelompok
mayoritas bangsa Indonesia, banyak tokohnya yang mengenang zaman
keemasan Islam sekian abad lalu dan dan ingin kembali ke era itu.
Sebagian lagi ingin meniru bangsa di dunia Barat. Sebagian lagi yang
lain mengacu kepada pemikiran tokoh-tokoh Islam mutakhir dari berbagai
Negara.
Salah satu
tokoh yang layak kita kaji gagasannya ialah Malik bin Nabi dari Aljazair
yang wafat sekitar tahun 1970-an. Sekitar 50-an tahun lalu Malik bin
Nabi pernah meramalkan bahwa dunia Islam akan beralih dan tunduk pada
tarikan gravitasi Jakarta, sebagaimana lalu pernah tunduk pada tarikan
gravitasi Kairo dan Damaskus. Entah bagaimana tanggapan tokoh pemikir
itu seandainya masih hidup dan melihat kenyataan yang bertentangan
dengan perkiraanya.
Malik bin
Nabi menunjuk kita beberapa alasan menuju kebangkitan. Pertama, kita
harus memahami unsur-unsur pembentuk peradaban, yaitu manusia, tanah dan
waktu. Manusia adalah unsur utama karena ia adalah pelaku sejarah dan
pencipta peradaban. Tanah ialah sumber daya alam yang dengannya manusia
dapat memenuhi kebutuhan hidupnya. Waktu dalam pandangan Malik bin Nabi
adalah nilainya dalam kehidupan manusia dan hubungannya dengan sejarah,
kebangkitan ilmu, produktivitas dan pencapaian peradaban.
Kedua,
walaupun kita sudah memiliki ketiga unsur tadi dan sudah mengelolanya
dengan baik, itu tidak menjamin terbentuknya suatu peradaban. Harus ada
katalisator yang akan mematangkannya sebagaimana oksigen dan hydrogen
tidak akan membentuk air kalau tidak ada katalisator yang
menghubungkannya. Katalisator dalam peradaban adalah agama (Islam).
Ketiga,
kita harus memiliki metode berpikir dan bekerja tersendiri yang sesuai
dengan metode Islam. Peradaban Barat dasarnya adalah peradaban Romawi.
Peradaban Islam dasarnya ialah tauhid yang bersumber dari wahyu Illahi.
Keempat, Malik mengajak Muslimin untuk memiliki etos kerja yang tinggi.
Untuk
memenuhi gagasan Malik bin Nabi itu, kita harus mendidik unsur utamanya
yaitu manusia. Tanpa pendidikan, manusia tidak akan mampu menjadi unsur
utama. Tidak akan mampu menjadi khalifatullah fil ard.
Oleh : Pengasuh Pesantren Tebuireng, Dr.(HC). Ir. KH. Salahuddin Wahid
Comments
Post a Comment